TIDAK PERLU KELILING DUNIA

WELCOME TO THE NURSE ASRAMA

keperawatan

Sabtu, 25 April 2009

Anfis Sistem Urinaria

Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria


A. Pengertian
Sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Sistem urinaria terdiri atas beberapa organ yaitu : Ginjal, Ureter, Vesika Urinaria (Kandung Kemih) dan Uretra.

B. Organ-organ dalam sistem urinaria


Gambar susunan umum ginjal dan sistem urinaria

1. Ginjal
Masing-masing ginjal mempuyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Ginjal terletak di bagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan.
Ginjal berbentuk seperti biji kacang dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renal yaitu tempat masuk dan keluarnya saluran seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Bila ginjal dibelah dua, secara longitudinal (memanjang) dapat terlihat tiga bagian penting, yaitu korteks, medula dan pelvis renis. Bagian yang paling superfisial adalah korteks renal yang tempak bergranula. Sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap yaitu medula ranal yang terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk kerucut yang disebut renal piramid, dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papula renis, mengarah kebagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks yang disebut lobus ginjal.

Gambar irisan ginjal manusia menunjukkan pembuluh utama yang menyuplai aliran darah ke ginjal dan skema mikrosirkulasi dari setiap nefron

Diantara piramid terdapat jaringan korteks yang disebut kolumna renal. Ginjal terdiri atas satuan-satuan fungsionalnya yang disebut nefron yang berjumlah lebih dari 1 juta setiap ginjalnya.
- Nefron adalah tempat pembentukan urine awal. Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan tuberkuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerulus dan kapiler pestibular, yang mengitari tubuli. Komponen tubular berwal dengan kapsula bowmen (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa henle dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam duktus koligens (saluran penampung atau pengumpul).
- Kapsula bowmen (Glomerular)
Terdir dari lapisan parietal (luar) dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler glomerulus). Sel-sel parietal itu gepeng, namun sel-sel lapis viseral besar-besar, dengan banyak juluran mirip jari-jari disebut sek berkaki (podosit). Juluran-juluran mirip jari-jari ini disebut pedikel-pedikel dan memeluk kapiler secara teratur, sehingga celah-celah diantara pedikel itu sangat teratur dan merupakan yang disebut celah-celah pori filtrasi kapsul bowen bersama glomerulus disebut korpus renal.

Gambar bagian dasar tubulus nefron

Ginjal mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi ginjal dalam pengaturan tekanan darah
Pengaturan tekanan darah oleh ginjal dikendalikan oleh sistem renin-angiotansin aldosteron (ADH). Renin adalah hormon yang dikeluarkan oleh juxtaglomerular apparatus (yang berhubungan dengan glomerulus) sebagai respon terhadap berkurangnya sodium, atau terhadap stimulasi saraf ginjal melalui jalur simpati. Angiotensin yang dihasilkan oleh hati diktifkan oleh angiotensin I pada waktu terdapatnya renin. Enzim pada paru-paru mengubah angiotensin I menjadi bahan aktif, angiotensin II. Angiotensin II merupakan vasokontriksi yang sangat kuat yang juga merangsang dikeluarkannya aldesteron oleh kelenjar adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorbsi sodium oleh ginjal, air mengikuti sodium, berdampak peningkatan volume darah (lihat bagan 1).
GRF yang terendah terlihat pada penyakit ginjal (seperti glomerulonefritis, nephropatic, syndrome, penyakit polycitic, trauma renal, kegagalan ginjal) biasanya dapat menyebabkan hipotensi akibatnya dapat menghasilkan sistem renin-angiotensin-aldosteron.
2. Fungsi ginjal dalam pengaturan cairan dan elektrolit
Ginjal mempunyai fungsi pengendalian cairan elektrolit yaitu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang tepat dalam batas ekresi yang normal, dalam batas sekresi dan reabsorbsi.
Jika bukan adanya sistem konservasi dari ginjal, orang yang akan kehabisan cairan dan garam dalam waktu 3-4 menit tubulus yang berbelok-belok proksimal mengabsorbsi 85-90 % air pada ultra filter. 80 % dari sodium yang telah difilter dan terbanyak potasium yang telah difilter, bikarbonat, klorida, fosfat, glukosa dan protein.
Mekanisme tambahan pada ginjal memungkinkan urine menjadi lebih pekat, sampai 1 % dibanding volume yang setiap harinya difilter. Ginjal dapat mengatur jumlah cairan yang diekresikan dengan tepat sehingga intake dibawah yang diperlukan untuk keseimbangan cairan normal melalui peningkatan konsentrasi urine.
Mekanisme yang berperan untuk peningkatan konsentrasi urine dan ketepatan mengekresikan volume urine yang tepat terdapat pada tubulus henle mencapai bagian medula dari ginjal yang tinggi hipertonisnya dalam perbandingan dengan filtrasi. Pada bagian tubulus henle yang asenden sodiuem direabsorbsi ke interstitium, tapi tubulus tidak permiabele untuk penggeseran air baik masuk atau keluar dari tubulus. Regulasi komposisi elektrolit tubuh yang tepat terjadi pada segmen tubulus distal, tergantung pada konsentrai elektrolit yang tersedia untuk sel-sel tubulus pada urine promotif dan konsentrasi bahan-bahan itu pada interstitium, sel-sel tubulus mengekresikan atau terus mereabsorbsi elektrolit ke urine (lihat bagan 2).

3. Fungsi ginjal dalam pengaturan asam basa
Ginjal turut mengatur asam basa bersama dengan sistem dapar paru dan cairan tubuh dengan mengekresikan asam dan mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh. Ginjal merupakan satu-satunya organ untuk membuang tipe-tipe asam tertentu dari tubuh yang dihasilkan oleh metabolisme protein, seperti asam sulfat dan fosfat. Pengaturan keseimbangan asam basa dihasilkan oleh ginjal melalui regenerasi atau ekresi ion bikarbonat pada tubulus proksimal. Pada keadaan asidosis baik karena metabolik (bila fungsi ginjal tidak terganggu) atau respiratori gnjal mengekresi ion hidrogen dan mengkonservasi ion-ion bikarbonat. Pada waktu alkalosis terjadi efek yang sebaliknya yaitu konservasi ion-ion hidrogen (lihat bagan 3).
Pengaturan Konsentrai Ion Hidrogen Oleh Ginjal
Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen terutama dengan meningkatkan atau menurunkan konsentrasi ion bikarbonat di dalam cairan tubuh.
- Sekresi ion hidrogen oleh tubulus
Sel epitel tubulus proksimal, tubulus distal, ubulus kongens, semuanya mengekresi ion hidrogen ke dalam cairan tubulus. Proses sekresi mulai dari karbondioksida di dalam sel epitel tubulus dibawah pengaruh suatu enzim (karbonat ahidrase) bergabung dengan air untuk membentuk asam karbonat dan kemudian berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dn ion hidrogen. Kemudian ion hidrogen disekresikan dengan transpor aktif melalui batas lumen membran sel ke dalam tubulus. Di dalam kongens sekresi ion hidrogen dapat terus berlangsung sampai konsentrai ion hidrogen di dalam tubulus menjadi 900 kali di dalam cairan ekstra sel atau dengan kata lain sampai ph cairan tubulus turun menjadi kira-kira 4,5 yang menunjukkan batas kemampuan epitel tubulus untuk mengekresikan ion hidrogen.
- Pengaturan sekresi ion hidrogen oleh konsentrasi karbondioksida dalam cairan ekstra sel
Reaksi kimia untuk sekresi ion hidrogen dimulai dengan karbondioksida oleh karena itu faktor apapun yang meningkatkn konsentrasi karbondioksida dalam cairan ekstra sel, juga meningkatkan sekresi ion hidrogen. Pada konsentrasi normal kecepatan kecepatan sekresi ion hidrogen adalah kira-kira 3,5 milimol/menit.
- Interaksi ion bikarbonat dengan ion hidrogen dalam tubulus “reabsorbsi” ion bikarbonat.
- Kecepatan normal filtrasi ion bikarbonat dan sekresi ion hidrogen ke dalam tubulus filtras ion bikarbonat terhadap ion hidrogen.

4. Fungsi ginjal dalam pembentukan sel darah merah
Produksi atau eritrosit dikendalikan oleh ginjal. Eritroprotoen adalah hormon yang dikeluarkan oleh ginjal. Eritroprotoen merangsang sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.
Dari percobaan-percobaan diduga bahwa eritroprotoen ini mungkin dibantu oleh sel-sel juxtaglomelar, sel-sel yang terletak di dalam dinding pembuluh-pembuluh arterial dekat dengan glomerulus (lihat bagan 4).



Bagan 1. Fungsi ginjal dalam pengaturan tekanan darah

GRF menurun

Suplai O2 di ginjal menurun (hipoksia)

Aparatus jugstaglomerolus
akan melepaskan Renin Release

Hati memproduksi Angiotensin I
masuk ke sirkulasi

Paru-paru melaparkan Angiotensin I
efeknya


Meningkatkan tahanan kapiler paru

Beban kerja jantung meningkat

Tekanan darah meningkat Pelepasan Aldosteron
(dari suprarenal)

Reabsorbsi Na+ dan air

Volume plasma menngkat

Beban jantung meningkat

Tekanan darah meningkat







Bagan 2. Fungsi ginjal dalam pengaturan cairan dan elektrolit
Filtrasi cairan

Direabsorbsi di tubulus

Jumlah Na + Cl

Volume cairan ekstra sel

Mekanisme ADH

Rasa haus bekerja

Tekanan arteriol renal menurun

Merangsang renin

Angiotensin

Aldosteron

Reabsorbsi Na + Cl

Osmolaritas konsentrasi
dipertahankan (konstan)












Bagan 3. Fungsi ginjal dalam pengaturan asam basa

Untuk menjaga keseimbangan Ph

Bekerjasama dengan enzim karbonat dehidrase

CO2 keluar dari sel epitel tubulus

CO2 + H2O (bereaksi)

H2O3

Berdisiosasi menjadi
H+ + HCO3-

Asidosis

Reabsorbsi HCO3- oleh tubulus
sekresi H+ normal

Konsentrasi H+ normal
Alkalosis

Reabsorbsi H+
sekresi HCO3-

Konsentrasi HCO3-

Normal










Bagan 4. Fungsi ginjal dalam pembentukan sel darah merah

Ginjal

Hormon eritropotoen

Eritroblas dari sel-sel sistem hemapoetik
di sumsum tulang


proeritroblas
(sel darah merah)

Pematangan
sel-sel darah merah

Fungsi lain dari ginjal adalah sebagai filtrasi, reabsorbsi/absorbsi, sekresi dan ekresi seperti dalam pembentukan urine ginjal berperan penting.

2. Ureter
Ureter muncul sebagai perpanjangan dari pelvis renalis yang bermuara ke kandung kemih pada suatu daerah tribone. Air kemih disekresikan oleh ginjal dialirkan ke vesika urinaria (kandung kemih melalui ureter).
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung melalui ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya kira-kira 25-30 cm dengan penampang + 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Dinding ureter terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan mukosa, otot polos dan jaringan fibrosa.
Fungsi ureter : menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih. Dimana yang berperan adalah dinding ureter, kerena pada lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik dalam 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih.

3. Vesika Urinaria
Kendung kemih terletak dibelakang simpisis pubis merupakan penampung urine. Selaput mukosa berbentuk lipatan yang disebut rugae (kerutan) yang disertai dengan dinding otot yang elastis dapat mencembungkan kandung kemih yang sangat besar dan menampung jumlah urine yang banyak. Kandung kemih mendapat inervasi baik dari sistem simpatik parasimpatik sedang ureter hanya mendapat serabut dari sistem saraf simpatik.
Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing kearah depen dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikus medius. Bagian fundus merupakan bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah. Bagian korpus berada diantara verteks dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapis otot polos dan selapis mukosa yang berlipat-lipat. Pada dinding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat daerah ini disebut trigonum liestaudi.

4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dan juga untuk menyalurkan air kemih keluar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki uretra berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju penis. Oleh karena itu pada laki-laki uretra dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa dan pars kavermosa. Muara uretra kearah dunia luar disebut meatus.
Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit keatas, panjangnya + 3-4 cm. Lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa yang merupakan fleksus dari vena-vena dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada perempuan terletak disebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra pada perempuan hanya berfungsi sebagai saluran saluran ekskretori.

C. Mekanisme pembentukan urine
Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas aferen ke dalam glomerolus dan keluar melalui vas aferent. Bagian yang menyerupai bentuk batang yang terdiri dari tubulus konturtus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, tubulus koligentis.
Pada bagian-bagian batang ini terjad proses sebagai berikut :
- Filtrasi
Proses filtrasi terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih besar dari pada permukaan eferen. Ha ini dapat mengakibatkan terjadinya penyaringan darah. Pada proses ini yang tersaring adalah bagian cair dari darah kecuali protein. Selanjutnya cairan tersebut seperti air, glukosa, natrium, korida, sulfat dan bikarbonat. Ditampung oleh simpai gowmen yang selanjutnya diteruskan ke tubulus-tubulus ginjal. Yang berperan dalam penyaringan molekul-molekul di atas adalah tekanan hidrostatik (TH) dan tekanan osmotik (TO).
Laju dimana filtrat dibentuk disebut laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada orang sehat jumlah pembentukan filtrat permenit adalah 125 ml. Faktor klinis utama yang mempengaruhi LFG adalah TH darah dan TO filtrat. Karena pengaruh TH terhadap LFG, ginjal sudah lama diduga mempunyai fungsi homeostatis tekanan darah sistemik. Kita tahu bahwa LFG relatif stabil karena arteri aferan menyesuaikan diameternya sebagai respon terhadap tekanan darah yang datang kedalamnya.
- Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus-tubulus ginjal. Disini terjadi penyerapan kembali dari sebagian air, glukosa, natrium, klorda, sulfat bikarbonat dan beberapa ion bikarbonat. Pada tubulus ginjal bagian atas terjadi proses pasif (reabsorbsi obligatori), sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi proses aktif (fakultatif) yang menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan.
- Sekresi
Sisa penyerapan/hasil reabsorbsi akan dialirkan ke piala ginjal (pelvis renalis) selanjutnya ke papila renalis.

D. Mekanisme Miksi / BAK
Fisiologi miksi dan dasar fisiologi kelainan pada proses berkemih ini masih banyak menimbulkan ketidakpastian. Berkemih pada dasarnya merupakan refleks spinal yang akan difasilitasi dan dihambat oleh pusat-pusat susunan saraf yang lebih tinggi, seperti defekasi, kasilitasi dan inhibisi bersifat volunter.
Urine yang memasuki vesika tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai telah terisi penuh. Selain itu, sepert juga jenis otot polos lainnya otot vesika memiliki sifat plastis, bila diregang ketegangan yang mula-mula timbul tidak akan dipertahankan. Hubungan anatara takanan intravesilukar dan volume vesikula dapat dipelajari dengan catatan tekanan saat vesika diisi oleh air atau udara dengan penambahan 50 ml setiap kali (sistometri).
Selama proses berkemih, otot-otot perineum dan spingter uretra eksterna relaksasi. Otot detrussor berkontraksi dan urine akan mengalir melalui uretra. Susunan otot polos pada kedua uretra ternyata tidak memegang peran pada proses berkemih dan fungsinya yang utama mungkin untuk mencegah refluks semen kedalam vesika selama ejakulasi.
Mekanisme awal yang menimbulkan proses miksi volunter belum diketahui dengan pasti. Salah satu peristiwa awal ialah relaksasi otot-otot dasar panggul dan hal tu mungkin menimbulkan tarikan ke bawah yang cukup besar pada otot detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi otot-otot perinium dan spingter eksterna dapat dilakukan secara volunter, sehingga mencegah urine untuk mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urine saat sedang berkemih. Melalui proses belajar seorang dewasa dapat mempertahankan kontraksi spingter eksterna sehingga mampu menunda berkemih sampai saat yang tepat. Setelah berkemih, urine di uretra wanita akan dikeluarkan oleh pengaruh gravitasi urine sisa di uretra pria dikeluarkan oleh beberapa kontraksi m. bulbokarerhosa.

E. Persyarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus yang berhubungan dengan medula spinalis melalui fleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medula spinalis segmen S2 dan S3. berjalan melalui nervus peptikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah saraf parasimpatis. Serat ini erakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding kandung kemih. Saraf post ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudiental menuju spingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada spingter. Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis dari pangkalan simpatis melalui nervus, hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L2 medula spinalis. Serat saraf simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih.

Gambar kandung kemih dan persarafannya


F. Transpor urine dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih
Urine yang keluar dari kandung kemih mempunayi komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentis, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urine tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
Urine mengalir dari duktus koligentis masuk ke kaliks, meregangkan kaliks dan meningkatkan aktivitas peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urine dari pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urine dari pelvis renalis kearah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperti juga neuron-neuron pada fleksus intramural dan serat saraf yang meluas di sepanjang ureter. Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan para simpatis dan dihambat uleh perangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonom kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa centimeter menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kendung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urine dari kandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi di ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan kesempatan urine mengalir ke dalam kandung kemih.

G. Refleks Berkemih
Selam kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai tampak seperti yang diperlihatkan oleh gelombang tajan dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh reflek peregangan yang dimulai oleh resertor regang sensorik pada dinding kandung kemih. Khususnya oleh reseptor pada uretra posterior, ketika daerah ini terisi urine pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensori dari reseptor regangan kandung kemih dihantarkan ke segment sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus ddan kemudian secara reflek kembali kandung kemih melalui sistem saraf parasimpatis melalui saraf yang sama.
Ketika kadung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detruson berhenti berkontraksi dan tekanan turun kembali ke garis basal karena kandung kemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusos lebih kuat.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, reflek ini akan “menghilang sendiri”. Artinya kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regangan untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan reflek kontraksi kandung kemih lebih lanjut; jadi, siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, reflek yang menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi itu berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi.
Jadi, rekleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari (1) peningkatan tekanan yang cepat dan progresif, (2) periode tekanan dipertahankan, dan (3) kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.
Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari reflek ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat.
Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendalke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak dari pada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemihpun akan terjadi. Jika tidak, bekemih tidak akan terjadi sampai kandung kemuh menjadi kuat.


H. Perangsangan atau penghambatan bekemih oleh otak
Refleks berkemih adalah refleks medula spinalis yang seluruhnya bersifat autonomi, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak. Pusat-pusat ini antara lain (1) pusat perangsang dan penghamabt kuat dalam batang otak, terutama terletak di pons, dan (2) beberapa pusat yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai penghambat tetapidpt menjadi perangsang.
Refleks berkemih merupakan dasar penyakit penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkemih sebagai berikut :
1. Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial pengamatan refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih yang dikehendaki.
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menurus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang tepat untuk berkemih.
3. Jika tiba waktu untuk berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pucat bermih sakral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi.
Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara derikut: Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan otot-otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan mengakibatkan urine ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini menstimulasi reseptor regang, yang merangsang refleks berkemih dan menghambat sfingter eksternus uretra secara simultan. Biasanya, seluruh urine akan keluar, terkadang lebih dari 5 sampai 10 mililiter urine tertinggal di kandung kemih.




Kandung kemih terisi

Terjadi rangsangan pada reseptor
regang sensoris pada dinding kandung kemih
terutama pada reseptor uretra poaterior


Rangsangan diteruskan oleh
nervus pelvikus

Segmen sakral medula spinalis

Serat saraf parasimpatis

Rangsangan kembali ke kandung kemih

Kontraksi berkemih

Refleks berkemih
Refleks berkemih

Menimbulkan refleks lain melalui nervus pudendal
ke sfingter eksternus


Jika inhibisi jauh lebih kuat dalam otak
dari pada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksternus


Berkemih pun terjadi











BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Sistem urinaria adalah sustu sistem dimana terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh, yang terdiri atas beberapa organ dengan masing-masing fungsinya :
1. Ginjal
Fungsi ginjal adalah sebagai mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal, komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh glomerulus mengabsorbsi dan sekresi tubulus.
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen.
2. Ureter
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung melalui ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya kira-kira 25-30 cm dengan penampang + 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Fungsi ureter : menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
3. Vesika Urinaria
Terletak dibelakang simpisis pubis merupakan penampung urine, berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus dan korpus. Vesika urinaria berfungsi sebagai tempat menampung jumlah urine dari ureter.
4. Uretra
saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dan juga untuk menyalurkan air kemih keluar dan juga untuk menyalurkan semen pada laki-laki.




Mekanisme Miksi atau BAK
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stress reseptors yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah + 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontriksi dinding kandung kemih dan pada saat yang sama terjadi relaksasi sfingter internus, segera diikuti oleh reaksi sfingter eksternus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

























DAFTAR PUSTAKA


Ganong W.F. Fisologi Kedokteran, Edisi 10. 1998. ECG : Jakarta.
B.AC. Sysifuddin Drs. Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat. 1992. ECG : Jakarta.
Gallo dan Hudak. Keperawatan Kritis Edisi VI, Volume I. 1996. Jakarta.
SKp Susanto, H. Fitri dan Harnowo Sapto dari. Keperawatan Medikal Bedah Untuk Akademi Keperawatan. Widya Medika, 2002. Jakarta.
Lorraine dan Sylvia. Patofisologi Vol. 2. 1994. ECG : Jakarta.
Hall dan Guyton. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. 1996. ECG : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar